Lagi-lagi Barat memanfaatkan isu demokrasi dan kebebasan untuk meraih ambisi hegemoniknya. Kali ini, Libya menjadi bulan-bulanan serangan militer Barat dengan dalih untuk menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia. Namun sebagaimana diduga oleh banyak kalangan, intervensi militer Barat di Libya kali ini menyimpan misi rahasia yang sedikit banyak telah terkuak.
Time, sebuah koran terbitan AS membeberkan motif tersembunyi di balik serangan militer tersebut. Penulusuran Time menunjukkan bahwa internvensi militer Barat ke Libya lebih banyak memuat motif ekonomi ketimbang sekedar untuk menggulingkan Gaddafi. Dengan cara itu, Barat hendak memamerkan kembali kekuasaannya di tingkat global sambil menampakkan diri sebagai sosok pembela perdamaian dan demokrasi. Apalagi sekitar 2 persen cadangan energi dunia tersimpan di Libya.
Meski tujuan terselubung Barat ini bisa dengan mudah dideteksi, anehnya Kepala Staf Militer AS Michael Mullen berkilah bahwa tujuan intervensi AS dan negara-negara Barat pada umumnya bukan untuk menumbangkan rezim Gaddafi. Tak ayal, penegasan perwira tinggi Pentagon itu membuat publik internasional terperanjat dan semakin menguatkan kekhawatiran banyak pihak tentang misi terselubung Barat di Libya. Tak hanya itu saja, pernyataan Mullen tersebut bisa dimaknai sebagai lampu hijau bagi Gaddafi untuk tetap bertahan sambil diam-diam menjalin hubungan gelap dengan Barat. Terlebih selama ini pun, Washington punya kedekatan intim dengan Gaddafi.
Mereaksi serangan militer Barat ke Libya yang banyak memakan korban di pihak sipil, Liga Arab pun segera memprotes tindakan Barat tersebut yang dinilai terlalu berlebihan. Sekjen Liga Arab Amr Moussa secara tegas menyatakan bahwa serangan Barat ke Libya telah melampaui tujuan dari Resolusi 1973 PBB yang mengendaki terwujudnya zona larangan terbang di Libya.
Pada 12 Maret lalu, 22 negara anggota Liga Arab mendukung pemberlakuan zona larangan terbang oleh PBB. Liga Arab menegaskan bahwa Gaddafi telah kehilangan legitimasinya sebagai pemimpin saat dia menyerang para demonstran pro-revolusi.
Namun, niat baik Liga Arab yang dimaksudkan untuk melindungi warga sipil itu sangat kontras dengan misi militer yang diusung Barat. Dengan begitu brutalnya, pasukan angkatan udara Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, melancarkan serangan ke daratan Libya. Dilaporkan, pasukan tersebut telah menembakkan 120 rudal Tomahawk yang menewaskan 48 jiwa.
Sementara itu, saat ditanya mengenai sikap Republik Islam Iran terhadap serangan militer AS dan sekutunya ke Libya, Jurubicara Departemen Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast menyatakan, "Sikap Republik Islam Iran selalu mendukung rakyat dan membela tuntutan sah mereka di negara manapun".
Menyinggung misi terselubung Barat di balik intervensi militernya, Ramin mengungkapkan, "Negara-negara tersebut biasanya datang dengan mengusung slogan-slogan dukungan terhadap rakyat. Namun sebenarnya mereka bermaksud untuk meraup keuntungan dengan menguasai negara-negara sasaran, membangun pangkalan militer, dan melanjutkan penjajahan dan kekuasaannya dengan model baru.
Dengan cara apapun akan di tempuh oleh musuh-musuh islam untuk  bisa menguasai kekayaan  alam yang umumnya di miliki oleh negara-negara islam.dengan dalih demokrasi PBB dan konco-konconya menyerang Irak  dan sekarang  sasarannya libya.Yang paling besar tujuan mereka adalah ingin menghancurkan aqidah orang islam supaya sama dengan  mereka seperti firman Allah yang artinya"tak akan senang hati mereka sebelum kalian mengikuti jejak mereka atau sama dengan mereka" itu lah misi utama musuh-musuh islam yang sebenarnya.Mereka ingin penerus bangsa yang beragama islam tak beraqidah lagi,dengan cara menyerang negara-negara islam dengan dalih untuk perdamaian atau untuk demokrasi.

Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

0 comments:

Post a Comment

 
Islam.com © 2010-2017. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top